Kamis, 02 Juni 2011

Kitab Injil : Masalah Sinoptik

Istilah Injil sinoptik ditujukan pada kitab Matius, Markus dan Lukas, istilah ini muncul pada akhir abad XVII.
Alasannya karena ketiga kitab tersebut memiliki kesamaan yang luas dalam struktur dan isinya, ketiganya memberikan pendekatan yang sama terhadap kehidupan dan pelayanan Yesus. Injil Yohanes tidak termasuk injil sinoptik karena berisi banyak hal yang berbeda dari ketiga Injil di atas.

INJIL
PERBEDAAN
PERSAMAAN
MATIUS
42%
58%
MARKUS
7%
93%
LUKAS
59%
41%
YOHANES
92%
8%





Kata “synoptik,” berasal dari bahasa Yunani: sun artinya “dengan” atau “bersama-sama” dan optanomai, artinya “melihat.”  Masalah sinoptis adalah bagaimana menjelaskan persamaan dan perbedaan serta bagaimana proses pembentukan bagian-bagian pada ketiga kitab tersebut. Masalah sinoptis antara lain:

» Adanya penyusunan bahan yang hampir sama pada ketiga kitab.
     - mis. Pasal tetang perumpamaan dalam Mat 18, Mrk 4, Luk 8
» Adanya perikop yang hampir sama kata demi kata dalam ketiga kitab.
     - Mat 21:23-27 = Mrk 11:27-33 = Luk 20:1-8 ; Yesus dielu-elukan di Yerusalem
     - Mat 24:4-8 = Mrk 13:5-8 = Luk 21:8-11 ; Kotbah akhir zaman
» Masing-masing injil mengandung bahan yang tidak ditemukan dalam kitab lain.
     - Mat 27:62-66 ; Kubur Yesus dijaga,
     - Mrk 4:26-29 ; Perumpamaan benih yang tumbuh
     - Luk 19: 1-10 ; Zakheus
» Bagian awal dan akhir Matius-Lukas lebih dalam dari Markus, tetapi keduanya berlainan.
     - Mat 1:16 ≠ Luk 3:23 ; Silsilah Yesus (Mat 1 vs Luk 3)
     - Mat 28:9,16 ≠ Luk 24 ; Penampakan Yesus setelah kebangkitan
» Ada perikop dalam Matius dan Lukas yang hampir sama, tetapi tidak ada pada Markus
     - Mat 6:25-34 = Luk 12:22-31 ; Kotbah di bukit – Hal kekuatiran
     - Mat 12:43-45 = Luk 11:24-26 ; Kembalinya Roh Jahat
» Ada perikop dalam Matius dan Markus yang hampir sama, tetapi tidak ada pada Lukas
     - Mrk 6:17-19 = Matius 14:3-12 ; Kematian Yohanes Pembaptis
     - Mrk 8:1-10 = Matius 25:32-39 ; Yesus memberi makan empat ribu orang
» Ada perikop dalam Markus dan Lukas yang hampir sama, tetapi tidak ada pada Matius
     - Mrk 1:21-28 = Luk 4:31-37 ; Yesus dalam Rumah ibadat
     - Mrk 9:38-41 = Luk 9:49-50 ; seorang yang bukan murid Yesus mengusir setan
     - Mrk 12:41-44 = Luk 21:1-4 ; persembahan seorang janda miskin

Sejak diakuinya masalah sinoptis sekitar abad XVIII, beberapa teori diusulkan baik dari kaum liberal maupun konservatif. Kaum liberal menekankan pada naturalisme dan humanisme, tidak ada penekanan pada bimbingan Roh Kudus pada penulis, sedangkan kaum konservatif percaya bahwa setiap penulis diinspirasikan oleh Roh Kudus dalam penulisannya.

Teori tersebut dapat dilihat pada kolom artikel terkait..


Willi Marxsen
editor: YTC

artikel terkait:



ringkasan:
- ada perikop yg dimiliki ketiga kitab
- ada perikop yg hanya dimiliki matius
- ada perikop yg hanya dimiliki matius
- ada perikop yg hanya dimiliki markus
- ada perikop yg hanya dimiliki lukas
- ada perikop dimiliki matius & markus, tetapi tidak dimiliki lukas
- ada perikop dimiliki matius & lukas, tetapi tidak dimiliki markus
- ada perikop dimiliki markus & lukas, tetapi tidak dimiliki matius
- markus tidak mencantumkan bagian awal dan akhir yang dimiliki matius dan lukas
- bagian awal dan akhir matius dan lukas bertentangan

Kitab Injil : Teori dan Usaha Pemecahan Masalah Sinoptik

Teori ‘injil asli’ atau ‘Ur-evangelium’,
   menduga adanya injil asli yang tidak ketahuan jejaknya. ketiga injil sinoptik bersumber dari injil asli tersebut. Teori ini gugur karena tidak dapat menjelaskan mengapa ada persesuaian yang sering muncul bahkan sampai kata demi kata. Kenyataannya, ketiga injil bukan hanya menterjemahkan, tetapi juga mengolahnya dengan begitu luas.

Teori naratif / teori ‘fragmen,
   menduga ada banyak beredar kisah lepas. Kisah tersebut dikumpulkan oleh para penulis injil dalam pilihan dan urutan yang berbeda. Teori ini gugur karena tidak menjelaskan kemiripan yang meluas dalam struktur kitab injil.

Teori tradisi,
   menduga adanya suatu tradisi lisan (oral), injil lisan yang seragam berkembang di antara para rasul, kemudian diterjemahkan dan dituliskan karena keperluan penginjilan. Teori ini gugur karena tidak dapat menjelaskan hubungan injil-injil sinoptis satu sama lainnya.

Teori saling ketergantungan timbal balik,
   menduga adanya ketergantungan sastra, dua di antara kitab tersebut meminjam dari yang lainnya. Misalnya Griesbach menganggap Markus adalah bentuk ringkas dari Matius dan Lukas, tetapi hal ini tidak menjelaskan mengapa Markus menghilangkan begitu banyak bahan. Selain itu, teori ini menyangkal keaslian kedua injil yang dikatakan sebagai salinan.


Teori Dua Sumber / Hipotesis Dokumentaris / Hipotesis Dua Dokumen

Dari banyak teori yang diusulkan, teori dua sumber yang telah begitu luas diterima, bahkan dianggap bukan lagi sebagai teori melainkan penemuan yang pasti. Teori ini menganggap ada dua sumber yang membentuk injil-injil sinoptis.

Sumber pertama adalah Markus sendiri. Dalam pengembangan teori ketergantungan, Lachmann menemukan bahwa Matius dan Lukas sama hanya bila mereka sesuai dengan Markus. Markus merupakan dasar pola dua pengisahan lainnya. Hampir seluruh bahan yang ada pada Markus, terdapat juga dalam injil sinoptik lainnya. Markus adalah injil yang tertua. Matius dan Lukas memakai Markus sebagai model, sesuai dengan kebutuhan persepsinya. Inilah penyebab mengapa dalam Matius ada perikop yang diambil dari Markus tetapi tidak diambil oleh Lukas, demikian pula sebaliknya, ada perikop dalam Lukas yang diambil dari Markus tetapi tidak diambil oleh Matius. Ada pula perikop dalam Markus yang tidak dijadikan model oleh keduanya. Penyuntingan Matius dan Lukas mengambil sesuai kebutuhan persepsinya.

Sumber kedua selain Markus, dipertimbangkan karena Matius dan Lukas mengandung cukup banyak bahan yang sama, tetapi tidak ada di Markus. sumber kedua tersebut disebut Q (Quelle dalam bahasa Jerman). Karena bahan dari Q hanya ada pada Matius dan Lukas, maka dapat disimpulkan Markus tidak mengenal Q. Adanya bahan-bahan khusus (disingkat ‘S’) membuat perikop pada Matius dan Lukas yang tidak ada pada nas lain. Melihat ketergantungan mereka terhadap model sastra, dapat disimpulkan bahwa penulis Matius dan Lukas tidak saling mengenal dan mereka bukan saksi langsung dari kehidupan Yesus.



Teori Ur-Markus
Sempat diduga, penyebab Matius dan Lukas lebih panjang dari Markus karena adanya suatu bentuk Markus yang lebih awal yang menjadi model, kitab itu disebut Ur-Markus atau Markus Asli (sama seperti teori Ur-Evangelium). Teori ini ditolak, karena tidak memperhitungkan penyebarannya yang luas. Penulis Matius dan Lukas berada di tempat yang berbeda, tetapi mereka dapat menggunakan salinan kitab Markus sebagai modelnya, hal ini membuktikan penyebaran Markus yang luas. Tetapi ternyata sekarang Ur-Markus dan semua salinannya ternyata tidak ditemukan, karena itu teori Ur-Markus ditolak, dan dicari sumber kedua.


artikel terkait:
- masalah sinoptik
- tradisi sinoptik

Willi Marxsen
editor: YTC

Kitab Injil : Tradisi Sinoptik

Markus tidak dapat ditafsirkan sebagai catatan historis ataupun biografi karena rangkaian cerita pada Markus terlalu terlepas-lepas, juga tidak terdapat ciri-ciri Yesus, sifat-sifatNya, perkembanganNya sejak masa kanak-kanak sampai dewasa.  Menyusun riwayat hidup atau urutan perjalanan Yesus secara detail terbukti tidaklah mungkin karena bahan yang tersedia tidak cukup. Urutan yang berbeda dari Injil mensiratkan bahwa penulis injil berusaha mengungkapkan suatu pesan tertentu melalui urutan yang disajikan.

Meskipun Markus tidak mengenal Q, paling tidak ia kenal dengan tradisi-tradisi yang kemudian hari masuk dalam Q, misalnya Mat 16:24-25 dan Luk 9:23-24 diambil dari Mrk 8:34-35, tetapi Mat 10:38-39 dan Luk 14:27;17:33 dari Q (Hal mengikut Kristus). Hal ini membuktikan Markus tidak ditulis secara spontan melainkan menggunakan sumber-sumber.

Tradisi atau bahan-bahan yang tersedia, baik yang ada dalam Markus maupun yang kelak masuk dalam Q, dapat dikelompokkan menjadi bahan-bahan naratif dan bahan perkataan, antara lain: a) cerita mujizat, b) perkataan Yesus, c) perumpamaan

Sebelum bahan-bahan yang ada ditulis, bahan tersebut telah mengalami penurnalihan lisan atau cerita dari mulut ke mulut berupa kesaksian iman atau mujizat. Susunan yang berbeda pada tiap injil sinoptis menjelaskan bahwa penulis injil berusaha mengungkapkan suatu pesan tertentu melalui urutan tersebut.

Berdasarkan Filemon 1:24 (salam dari teman-teman sekerja Paulus), Markus dan Lukas bersama-sama dengan Paulus di Roma. Kemungkinan besar pada saat itu Markus membagikan kesaksiannya sebagai saksi mata kepada mereka. Saat itu Lukas melakukan proses penyusunan.

Secara dogmatis, hubungan antara tiap injil dapat digambarkan sebagai berikut:


Injil
Gambaran

Ditujukan
Kepada

Sudut Pandang
Matius
Singa
Yahudi
Yesus sebagai Raja, Mesias yang dijanjikan dalam PL
Markus
Lembu
Roma
Yesus sebagai Hamba, Korban, melarang menceritakan karya-Nya
Lukas
Manusia
Yunani
Yesus sebagai Anak Manusia, penuh hikmat dan perumpamaan
Yohanes
Rajawali
segala bangsa
Yesus sebagai Anak Allah, Tuhan atas dunia secara universal



Willi Marxsen
editor: YTC

artikel terkait: