Kamis, 02 Juni 2011

Kitab Injil : Teori dan Usaha Pemecahan Masalah Sinoptik

Teori ‘injil asli’ atau ‘Ur-evangelium’,
   menduga adanya injil asli yang tidak ketahuan jejaknya. ketiga injil sinoptik bersumber dari injil asli tersebut. Teori ini gugur karena tidak dapat menjelaskan mengapa ada persesuaian yang sering muncul bahkan sampai kata demi kata. Kenyataannya, ketiga injil bukan hanya menterjemahkan, tetapi juga mengolahnya dengan begitu luas.

Teori naratif / teori ‘fragmen,
   menduga ada banyak beredar kisah lepas. Kisah tersebut dikumpulkan oleh para penulis injil dalam pilihan dan urutan yang berbeda. Teori ini gugur karena tidak menjelaskan kemiripan yang meluas dalam struktur kitab injil.

Teori tradisi,
   menduga adanya suatu tradisi lisan (oral), injil lisan yang seragam berkembang di antara para rasul, kemudian diterjemahkan dan dituliskan karena keperluan penginjilan. Teori ini gugur karena tidak dapat menjelaskan hubungan injil-injil sinoptis satu sama lainnya.

Teori saling ketergantungan timbal balik,
   menduga adanya ketergantungan sastra, dua di antara kitab tersebut meminjam dari yang lainnya. Misalnya Griesbach menganggap Markus adalah bentuk ringkas dari Matius dan Lukas, tetapi hal ini tidak menjelaskan mengapa Markus menghilangkan begitu banyak bahan. Selain itu, teori ini menyangkal keaslian kedua injil yang dikatakan sebagai salinan.


Teori Dua Sumber / Hipotesis Dokumentaris / Hipotesis Dua Dokumen

Dari banyak teori yang diusulkan, teori dua sumber yang telah begitu luas diterima, bahkan dianggap bukan lagi sebagai teori melainkan penemuan yang pasti. Teori ini menganggap ada dua sumber yang membentuk injil-injil sinoptis.

Sumber pertama adalah Markus sendiri. Dalam pengembangan teori ketergantungan, Lachmann menemukan bahwa Matius dan Lukas sama hanya bila mereka sesuai dengan Markus. Markus merupakan dasar pola dua pengisahan lainnya. Hampir seluruh bahan yang ada pada Markus, terdapat juga dalam injil sinoptik lainnya. Markus adalah injil yang tertua. Matius dan Lukas memakai Markus sebagai model, sesuai dengan kebutuhan persepsinya. Inilah penyebab mengapa dalam Matius ada perikop yang diambil dari Markus tetapi tidak diambil oleh Lukas, demikian pula sebaliknya, ada perikop dalam Lukas yang diambil dari Markus tetapi tidak diambil oleh Matius. Ada pula perikop dalam Markus yang tidak dijadikan model oleh keduanya. Penyuntingan Matius dan Lukas mengambil sesuai kebutuhan persepsinya.

Sumber kedua selain Markus, dipertimbangkan karena Matius dan Lukas mengandung cukup banyak bahan yang sama, tetapi tidak ada di Markus. sumber kedua tersebut disebut Q (Quelle dalam bahasa Jerman). Karena bahan dari Q hanya ada pada Matius dan Lukas, maka dapat disimpulkan Markus tidak mengenal Q. Adanya bahan-bahan khusus (disingkat ‘S’) membuat perikop pada Matius dan Lukas yang tidak ada pada nas lain. Melihat ketergantungan mereka terhadap model sastra, dapat disimpulkan bahwa penulis Matius dan Lukas tidak saling mengenal dan mereka bukan saksi langsung dari kehidupan Yesus.



Teori Ur-Markus
Sempat diduga, penyebab Matius dan Lukas lebih panjang dari Markus karena adanya suatu bentuk Markus yang lebih awal yang menjadi model, kitab itu disebut Ur-Markus atau Markus Asli (sama seperti teori Ur-Evangelium). Teori ini ditolak, karena tidak memperhitungkan penyebarannya yang luas. Penulis Matius dan Lukas berada di tempat yang berbeda, tetapi mereka dapat menggunakan salinan kitab Markus sebagai modelnya, hal ini membuktikan penyebaran Markus yang luas. Tetapi ternyata sekarang Ur-Markus dan semua salinannya ternyata tidak ditemukan, karena itu teori Ur-Markus ditolak, dan dicari sumber kedua.


artikel terkait:
- masalah sinoptik
- tradisi sinoptik

Willi Marxsen
editor: YTC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar